Fauzi Eko Pranyono Januari 23, 2019
Contoh Pemetaan SKK Paket B Setara SMP
Yogyakarta
(23/01/2019) Kurikulum 2013 pendidikan kesetaraan tetap mempertahankan bobot
satuan kredit kompetensi (SKK) sebagai satuan untuk menghitung beban belajar
peserta didik. Terdapat perbedaan distribusi SKK pada kurikulum 2013 dan
kurikulum lama. Pada kurikulum 2013 besaran SKK belum didistribusikan pada
setiap mata pelajaran, namun masih disajikan utuh atau glondongan dalam
satu tingkatan. Tentu saja hal tersebut belum dapat diimplementasikan jika
belum dilakukan distribusi ke setiap mata pelajaran.
Penyajian
utuh ini diharapkan memberikan ruang dan peluang kepada satuan pendidikan agar
luwes dalam menerapkan pembelajaran. Namun demikian pada prakteknya satuan
pendidikan mengalami kesulitan dalam memetakan satuan kredit kompetensi pada
setiap mata pelajaran dan tingkatan/setara kelas. Tulisan ini akan memberikan
tips bagaimana memetakan SKK secara sederhana. Sebelumnya perhatikan perbedaan
distribusi SKK pada kurikulum lama dan kurikulum 2013 pada gambar berikut ini.
Pada gambar diambil contoh struktur kurikulum Paket B Setara SMP.
Gambar 1.
Perbedaan SKK Struktur Paket B Setara SMP Kurikulum Lama dan Kurikulum 2013
Kurikulum
2013 pendidikan kesetaraan belum bisa dilaksanakan jika satuan pendidikan belum
menetapkan beban belajar setiap mata pelajaran pada setiap tingkatan, bahkan
pada setiap paket kompetensi (semester). Mengapa belum bisa dilaksanakan? Ya,
karena belum tahu berapa beban belajar setiap mata pelajaran sehingga satuan
pendidikan belum bisa membuat jadwal pembelajaran sesuai dengan beban belajar.
Oleh karena itu menjadi tugas satuan pendidikan untuk memetakan SKK. Kemudian
hasil pemetaan SKK dimasukkan dalam dokumen satu kurikulum satuan pendidikan
(KTSP Dokumen I).
Lalu
bagaimana cara memetakan SKK ke dalam setiap mata pelajaran dan paket
kompetensi (semester)? Berikut ini disajikan pertimbangan memetakan satuan
kredit kompetensi ke dalam paket kompetensi (semester):
1. Setiap mata
pelajaran pada tiap paket kompetensi harus memiliki bobot SKK minimal 1 SKK,
2. Jika
terdistribusi menjadi 2 SKK dan 1 SKK, maka jumlah SKK pada paket kompetensi
(semester) ganjil lebih besar pada paket kompetensi (semester) genap. Ada dua
pertimbangan, pertama durasi waktu semester genap lebih pendek daripada
semester ganjil. Kedua, karena jumlah modul pada semester ganjil lebih banyak
(3 modul pada semester genap dan 2 modul pada semester ganjil).
Pada
tulisan di atas disinggung istilah paket kompetensi sebagai pengganti semester.
Penjelasan lebih lanjut tentang paket kompetensi akan diuraikan pada posting selanjutnya
(Klik tautan ini untuk membaca artikel dimaksud). Istilah
paket kompetensi digunakan karena pada kurikulum 2013 pendidikan kesetaraan
menggunakan modul sebagai delivery sistem sehingga penyelesaikan modul (dan
bobot SKK) tidak bergantung pada semester yang mengacu pada durasi enam bulan.
[fauziep]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar